Kemunculan sebuah bangsa yang
akan menciptakan kekacauan serta kerusakan di muka bumi telah ditakdirkan Allah
subhanahuwata’ala sebagai salah satu penanda kiamat besar. Siapakah dan
bagaimanakah mereka?
Di dalam beberapa hadits tentang
tanda-tanda hari kiamat kubra, disebutkan ada sepuluh tanda hari kiamat. Di
antaranya adalah keluarnya Ya`juj wa Ma`juj. Berita tentang keluarnya Ya`juj wa
Ma`juj bukan hanya mutawatir, bahkan disebutkan dalam Al-Qur’an surat
Al-Anbiya’ ayat 96-97:
"Hingga apabila dibukakan
(dinding) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat
yang tinggi. Dan telah dekatlah datangnya janji yang benar (hari berbangkit),
maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata):
“Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami dalam kelalaian tentang ini, bahkan
kami adalah orang-orang yang dzalim.”
Ibnu Katsir rahimahullahu
menerangkan: mereka adalah dari keturunan Adam ‘alaihissalam dari keturunan Nabi
Nuh ‘alaihissalam, dari anak keturunan Yafits yakni nenek moyang bangsa Turki
yang terisolir oleh benteng tinggi yang dibangun oleh Dzulqarnain.
Sedangkan makna “min kulli
hadabin yansilun” diterangkan oleh Ibnu Katsir ahimahullahu: yakni turun dari
tempat-tempat yang tinggi dengan cepat dengan membuat kerusakan.
Demikian pula disebutkan dalam
surat Al-Kahfi ayat 94:
“Wahai Dzulqarnain, sesungguhnya
Ya`juj wa Ma`juj merusak di muka bumi, kami akan siapkan imbalan yang besar
agar kiranya engkau membuatkan benteng antara kami dengan mereka.”
Adapun kalimat yang menunjukkan
bahwa runtuhnya benteng Dzulqarnain dan keluarnya Ya`juj wa Ma`juj sebagai
tanda dekatnya hari kiamat adalah ucapan Allah subhanahuwata’ala pada ayat
ke-98: “Ini adalah rahmat dari Rabbku…..” Ibnu Katsir rahimahullahu menyatakan:
“Ini adalah dalil yang menunjukkan bahwa mereka tidak akan bisa melubanginya
sedikitpun…” Sedangkan makna “Jika datang janji Rabbku” adalah: Jika telah
dekat hari kiamat, Allah subhanahuwata’ala akan runtuhkan benteng tersebut.
Demikian dikatakan oleh Ibnu Katsir rahimahullahu.
YA`JUJ WA MA`JUJ DARI KETURUNAN ADAM ‘ALAIHISSALAM
Ya’juj wa Ma’juj adalah dari
jenis manusia keturunan Adam. Tidak seperti yang digambarkan oleh sebagian
orang bahwa mereka bukanlah dari keturunan manusia. Hanya saja mereka adalah
orang-orang yang merusak serta memiliki sifat dan perangai yang Allah
subhanahuwata’ala takdirkan kepada mereka tidak seperti manusia pada umumnya.
Dalil yang menunjukkan bahwa
mereka dari jenis manusia keturunan Adam ‘alaihissalam adalah apa yang
diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dalam Kitabul Anbiya’ bab Qishah Ya’juj wa
Ma’juj, dari Abu Sa’id Al-Khudri
Radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi
Sallallahu’alaihiwassallam bersabda:
ن
أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِي
اللَّهم عَنْهم عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى ا عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ يَقُولُ ا تَعَالَى
يَا آدَمُ فَيَقُولُ لَبَّيْكَ
وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ فِي يَدَيْكَ فَيَقُولُ
أَخْرِجْ بَعْثَ النَّارِ قَالَ
وَمَا بَعْثُ النَّارِ قَالَ
مِنْ كُلِّ أَلْفٍ تِسْعَ
مِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ فَعِنْدَهُ يَشِيبُ الصَّغِيرُ ) وَتَضَعُ
كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا
وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى
وَلَكِنَّ عَذَابَ ا شَدِيدٌ
( قَالُوا يَا رَسُولَ ا
وَأَيُّنَا ذَلِكَ الْوَاحِدُ قَالَ
أَبْشِرُوا فَإِنَّ مِنْكُمْ رَجُلًا
وَمِنْ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ أَلْفًا…
Allah subhanahuwata’ala berfirman
kepada Adam: “Wahai Adam.” Maka Adam menjawab: “Labbaika wa sa’daika wal khairu
fi yadaika (Aku sambut panggilan-Mu dengan senang hati dan kebaikan semuanya di
tangan-Mu).” Kemudian Allah subhanahuwata’ala berfirman: “Keluarkan pasukan
penghuni neraka.” Maka Adam bertanya: “Apa itu pasukan penghuni neraka?” Allah
subhanahuwata’ala berfirman: “Mereka dari setiap seribu orang, sembilan ratus
Sembilan puluh sembilan orang!” Maka ketika itu anak kecil menjadi beruban,
setiap yang hamil melahirkan apa yang dikandungnya, dan kamu lihat orang-orang
seakan-akan mabuk padahal mereka tidak mabuk, tetapi karena adzab Allah
subhanahuwata’ala yang sangat keras.
Kemudian para sahabat bertanya: “Siapa yang satu itu, wahai Rasulullah?”
Rasulullah menjawab: “Bergembiralah sesungguhnya penghuni neraka itu dari
kalian satu dan dari Ya’juj wa Ma’juj seribu.” (HR. Al-Bukhari dengan Fathul
Bari, juz 6 hal.382)
SIFAT-SIFAT YA’JUJ WA MA’JUJ
Walaupun mereka dari jenis
manusia keturunan Adam, namun mereka memiliki sifat khas yang berbeda dari
manusia biasa. Ciri utama mereka adalah perusak dan jumlah mereka yang sangat
besar sehingga ketika mereka turun dari gunung seakanakan air bah yang mengalir,
tidak pandai berbicara dan tidak fasih, bermata kecil (sipit), berhidung kecil,
lebar mukanya, merah warna kulitnya seakan-akan wajahnya seperti perisai dan
lain-lain. Disebutkan dalam riwayat Al-Imam Ahmad rahimahullahu, dari Ibnu
Harmalah, dari bibinya, dia berkata:
وَهُوَ
عَاصِبٌ إِصْبَعَهُ مِنْ n خَطَبَ رَسُولُ
ا لَدْغَةِ عَقْرَبٍ
فَقَالَ: إِنَّكُمْ تَقُولُونَ لَا عَدُوَّ وَإِنَّكُمْ
لَا تَزَالُونَ تُقَاتِلُونَ عَدُوًّا حَتَّى يَأْتِيَ يَأْجُوجُ
وَمَأْجُوجُ عِرَاضُ الْوُجُوهِ صِغَارُ
الْعُيُونِ شُهْبُ الشِّعَافِ مِنْ
كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ كَأَنَّ
وُجُوهَهُمُ الْمَجَانُّ الْمُطْرَقَةُ
Rasulullah sallallahu’alaihi
wassallam berkhutbah dalam keadaan jarinya tersengat kalajengking. Beliau
bersabda: “Kalian mengatakan tidak ada musuh. Padahal sesungguhnya kalian akan
terus memerangi musuh sampai datangnya Ya’juj wa Ma’juj, lebar mukanya, kecil
(sipit) matanya, dan ada warna putih di rambut atas. Mereka mengalir dari
tempat-tempat yang tinggi, seakan-akan wajah-wajah mereka seperti perisai.”
(HR. Ahmad)
YA`JUJ DAN MA`JUJ SUDAH ADA
SEKARANG
Ya`juj dan Ma`juj sudah ada dan
terus dalam keadaan turun-temurun (beranak pinak), tidak meninggal satu orang
dari mereka, kecuali lahir seribu orang lebih. Sebagaimana disebutkan dalam
riwayat Abdullah bin ‘Amr radhiallahuanhu yang diriwayatkan Al-Hakim
rahimahullahu dalam Mustadrak-nya.
Namun Alhamdulillah Allah
subhanahuwata’ala telah bentengi mereka dari kita, yaitu dengan sebab
menakdirkan munculnya Dzulqarnain yang dengan kemampuannya membuat benteng yang
terbuat
dari besi dan tembaga. Allah
subhanahuwata’ala berfirman: “Kemudian
dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai di
antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan keduanya, suatu kaum yang
hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata:
‘Hai
Dzulqarnain, sesungguhnya Ya`juj dan Ma`juj itu orang-orang yang membuat
kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan suatu pembayaran
kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?’ Dzulqarnain
berkata: ‘Apa yang telah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya adalah
lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar
aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan
besi.’ Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung
itu, berkatalah Dzulqarnain: ‘Tiuplah (api itu).’ Hingga apabila besi itu sudah
menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: ‘Berilah aku tembaga (yang
mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.’ Maka mereka tidak bisa
mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya. Dzulqarnain berkata: ‘Ini
(dinding) adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila sudah datang janji Rabb-ku
Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu adalah benar’.”
(Al-Kahfi:92-98)
KESOMBONGAN YA’JUJ DAN MA’JUJ
Ya`juj dan Ma`juj ketika keluar
tidaklah melewati sesuatu kecuali dirusaknya. Tidaklah melewati danau kecuali
meminumnya hingga habis. Tidaklah mendapati manusia kecuali dibunuhnya sampai
ketika mereka merasa menang membantai seluruh penduduk bumi, dia menantang
penduduk langit. Inilah kesombongan yang luar biasa dari Ya`juj wa Ma`juj.
ثُمَّ
يَسِيرُونَ حَتَّى يَنْتَهُوا إِلَى
جَبَلِ الْخُمَرِ وَهُوَ جَبَلُ بَيْتِ
الْمَقْدِسِ فَيَقُولُونَ: لَقَدْ قَتَلْنَا مَنْ
فِي الْأَرْضِ هَلُمَّ فَلْنَقْتُلْ مَنْ
فِي السَّمَاءِ. فَيَرْمُونَ بِنُشَّابِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ فَيَرُدُّ
اللهُ عَلَيْهِمْ نُشَّابَهُمْ مَخْضُوبَةً دَمًا
“Kemudian
mereka berjalan dan berakhir di gunung Khumar, yaitu salah satu gunung di
Baitul Maqdis. Kemudian mereka berkata: “Kita telah membantai penduduk bumi,
mari kita membantai penduduk langit.” Maka mereka melemparkan panah-panah dan
tombak-tombak mereka ke langit. Maka Allah subhanahuwata’ala kembalikan panah
dan tombak-tombak mereka dalam keadaan berlumuran darah.” (HR. Muslim dalam
kitab Al-Fitan wa Asyrathus Sa’ah)
Yakni mereka mengira bahwa darah
tersebut bukti kemenangan mereka melawan penduduk langit. Maka Allah
subanauwata’ala binasakan seluruhnya pada saat puncak kesombongan mereka dalam
waktu yang hampir bersamaan.
BINASANYA YA’JUJ DAN MA’JUJ DENGAN DOA NABI ISA ‘ALAIHISSALLAM
Diriwayatkan dari An-Nawwas Ibni
Sam’an dalam hadits yang panjang. Di antaranya sebagai berikut:
إِذْ
أَوْحَى اللهُ إِلَى عِيسَى
إِنِّي قَدْ أَخْرَجْتُ عِبَادًا
لِي لَا يَدَانِ لِأَحَدٍ
بِقِتَالِهِمْ فَحَرِّزْ عِبَادِي إِلَى الطُّورِ وَيَبْعَثُ
اللهُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَهُمْ مِنْ كُلِّ
حَدَبٍ يَنْسِلُونَ فَيَمُرُّ أَوَائِلُهُمْ عَلَى بُحَيْرَةِ طَبَرِيَّةَ
فَيَشْرَبُونَ مَا فِيهَا وَيَمُرُّ
آخِرُهُمْ فَيَقُولُونَ لَقَدْ كَانَ بِهَذِهِ
مَرَّةً مَاءٌ وَيُحْصَرُ نَبِيُّ
اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ حَتَّى
يَكُونَ رَأْسُ الثَّوْرِ لِأَحَدِهِمْ
خَيْرًا مِنْ مِائَةِ دِينَارٍ
لِأَحَدِكُمُ الْيَوْمَ فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى
وَأَصْحَابُهُ فَيُرْسِلُ اللهُ عَلَيْهِمُ النَّغَفَ
فِي رِقَابِهِمْ فَيُصْبِحُونَ فَرْسَى كَمَوْتِ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ ثُمَّ يَهْبِطُ نَبِيُّ
اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى
الْأَرْضِ فَلَا يَجِدُونَ فِي
الْأَرْضِ مَوْضِعَ شِبْرٍ إِلَّا مَلَأَهُ
زَهَمُهُمْ وَنَتْنُهُمْ فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى
وَأَصْحَابُهُ إِلَى اللهِ فَيُرْسِلُ
اللهُ طَيْرًا كَأَعْنَاقِ الْبُخْتِ
فَتَحْمِلُهُمْ فَتَطْرَحُهُمْ حَيْثُ شَاءَ اللهُ
ثُمَّ يُرْسِلُ اللهُ مَطَرًا لَا
يَكُنُّ مِنْهُ بَيْتُ مَدَرٍ
وَلَا وَبَرٍ فَيَغْسِلُ الْأَرْضَ
حَتَّى يَتْرُكَهَا كَالزَّلَفَةِ ثُمَّ يُقَالُ لِلْأَرْضِ
أَنْبِتِي ثَمَرَتَكِ وَرُدِّي بَرَكَتَكِ…
Ketika Allah subhanahuwata’ala
mewahyukan kepada Isa ‘alaihissalam: Sesungguhnya aku mengeluarkan
hamba-hamba-Ku yang tidak ada kemampuan bagi seorang pun untuk memeranginya.
Maka biarkanlah mereka hamba-hamba-Ku menuju Thuur. Lalu Allah subhanahuwata’ala
keluarkan Ya’juj wa Ma’juj dan mereka mengalir dari tiap-tiap tempat yang
tinggi. Kemudian mereka melewati danau Thabariyah1, dan meminum seluruh air
yang ada padanya. Hingga ketika barisan paling belakang mereka sampai di danau
tersebut mereka berkata: “Sungguh dahulu di sini masih ada airnya.” Ketika itu
terkepunglah Nabiyullah Isa ‘alaihissallam dan para sahabatnya.
Hingga kepala sapi ketika itu
lebih berharga untuk mereka daripada seratus dinar kalian sekarang ini. Maka
Isa dan para sahabatnya berharap kepada Allah subhanahuwata’ala. Maka Allah
subhanahuwata’ala pun mengirim sejenis ulat yang muncul di leher mereka. Maka
pagi harinya mereka seluruhnya binasa menjadi bangkai-bangkai dalam waktu yang
hampir bersamaan. Kemudian turunlah (dari gunung Thuur) Nabiyullah Isa dan para
sahabatnya, maka tidak didapati satu jengkal pun tempat kecuali dipenuhi oleh
bangkai dan bau busuk mereka. Maka Nabi Isa ‘alaihissallam pun berharap
(berdoa) kepada Allah subhanahuwata’ala. Maka Allah subhanahuwata’ala mengirimkan
burung-burung yang lehernya seperti unta, membawa bangkai-bangkai mereka dan
kemudian dilemparkan di tempat yang Allah subhanahuwata’ala kehendaki2.
Kemudian Allah kirimkan hujan yang tidak menyisakan satu pun rumah maupun
kemah, lalu membasahi bumi hingga menjadi licin. Kemudian dikatakan kepada bumi
itu: ‘Tumbuhkanlah buahbuahanmu dan kembalilah berkahmu.” (HR. Muslim)
WAJIB BERIMAN DENGAN BERITA YA`JUJ WA MA`JUJ
Berita tentang Ya`juj wa Ma`juj
adalah berita dari Allah subhanahuwata’ala dan Rasul-Nya, sehingga seorang
muslim yang beriman wajib menerimanya. Bukankah ciri-ciri orang yang bertakwa
adalah beriman kepada hal ghaib yang dikabarkan oleh Allah subhanahuwata’ala
dan Rasul-Nya? Dan termasuk hal yang ghaib adalah apa yang akan terjadi pada
akhir zaman, termasuk berita akan keluarnya Ya`juj wa Ma`juj? Namun sebagian
kaum muslimin, khususnya kaum Mu’tazilah dan para rasionalis atau orang-orang
yang terpengaruh oleh mereka, menolak berita-berita hadits yang -menurut
anggapan mereka- tidak masuk akal. Mereka menganggap hadits-hadits tersebut
hanya akan membuat orang lari dari Islam. Ketika mereka mendengarkan
hadits-hadits tentang diangkatnya Nabi Isa ‘alaihissallam dalam keadaan hidup,
akan turunnya beliau pada akhir zaman, berita tentang Dajjal – yang sudah ada
wujudnya dalam keadaan terbelenggu- atau tentang Ya`juj wa Ma`juj yang masih
beranak-pinak dan terus menerus berupaya untuk keluar dari benteng yang dibuat
oleh Dzulqarnain, dan lain-lainnya. Mereka benar-benar gelisah, panas dadanya
seraya berkata: “Untuk apa hadits-hadits seperti ini disampaikan. Hadits-hadits
ini akan menjadikan manusia semakin jauh dari Islam.” Mereka melontarkan
olok-olok, celaan, dan berbagai macam ucapan penolakan terhadap hadits-hadits
tersebut. Keadaan mereka ini persis seperti yang dikatakan oleh para ulama
tentang ahlul bid’ah:
Ahmad bin Sinan Al-Qaththan
rahimahullahu berkata: ”Tidak ada di dunia ini seorang mubtadi’ (ahli bid’ah)
pun kecuali akan membenci ahlil hadits. Jika seseorang mengada-adakan
kebid’ahan niscaya akan dicabut kelezatan hadits dari hatinya.” (Aqidatussalaf
wa Ashhabul Hadits hal. 300)
Abu Nashr bin Sallam Al-Faqih
rahimahullahu berkata: “Tidak ada sesuatu yang lebih berat dan lebih dibenci
bagi orang-orang mulhid (sesat) daripada mendengarkan hadits dengan riwayat dan
sanadnya.” (AqidatusSalaf Ashhabil Hadits hal. 302)
No comments:
Post a Comment